Bupati Dogiyai, Cita-cita dan Kehendak
DOGIYAI – Selama menempuh pendidikan, saya mempunyai banyak cita-cita, antara lain menjadi pilot, pastor (imam Katolik), camat (sekarang kepala distrik), dan geolog (waktu itu kami mengenalnya dengan istilah “insinyur pertambangan”). Selain itu, bapak saya sering berharap agar saya menjadi guru (maklum beliau adalah guru, sehingga beliau berharap agar ada anaknya yang kelak menggantikan profesinya). Tetapi harapan beliau ini tidak penah menjadi cita-cita saya. Setiap kali saya ditanya oleh orang tua, guru, teman, atau siapapun mengenai cita-cita saya, maka saya selalu menyebutkan salah satu atau semua cita-cita saya. Dan saya pun yakin akan mencapai satu dari beberapa cita-cita saya tersebut.
Dalam perjalanan pendidikan saya selanjutnya, semua cita-cita saya gugur satu persatu; hilang dari pikiran saya. Dan puncaknya, setelah menamatkan pendidikan di perguruan tinggi tahun 2007, taka ada satu pun cita-cita saya yang tersisa dalam pikiran saya. Saya tidak menjadi pilot, karena tidak menempuh pendidikan pilot; saya tidak menjadi pastor, karena tidak menempuh pendidikan teologi dan/atau filsafat; saya tidak menjadi geolog, karena tidak menempuh pendidikan geologi; dan saya tidak menjadi kepala distrik, karena saya putuskan tidak menjadi pegawai negeri sipil (PNS). Saya sadar, saya tidak mencapai apa yang saya cita-citakan semuanya.
Setelah menamatkan pendidikan di perguruan tingggi tahun 2007, saya tidak punya keinginan apapun untuk bekerja. Saya menghabiskan banyak waktu mengunjungi beberapa kota dan menulis beberapa buku. Dan karena jenuh dengan dua kegiatan itu, pada tahun 2010, akhinya saya memutuskan untuk pulang kampung. Keinginan saya waktu itu adalah menjadi petenak babi, karena saya telah betenak babi sejak masih kecil (maklum bapak saya selain sebagai guru, beliau adalah petenak babi yang cukup berhasil; orang Mee menyebutnya “ekina tonowi”).
Beberapa bulan setelah menetap di kampung, sebelum cita-cita untuk betenak babi diwujudkan, tiba-tiba terjadi pemilihan anggota Majelis Rakyat Papua (MRP). Awalnya saya tidak tertarik dengan pemilihan ini, tetapi beberapa kali sejumlah tokoh masyarakat dan tokoh adat mendatangi saya untuk mengikuti pemilihan tersebut. Setelah menolak berkali-kali, akhinya saya menyerah.
Saya mengikuti kemauan mereka, hanya untuk menyenangkan mereka. Tetapi dalam hati saya berharap, semoga saya tidak terpilih menjadi anggota MRP. Tetapi yang terjadi adalah sebaliknya, dalam pemilihan di tingkat wilayah di Nabire (yang melibatkan Kabupaten Nabire, Kabupaten Paniai, Kabupaten Dogiyai, dan Kabupaten Deiyai), justru sayalah yang terpilih dengan suara terbanyak (11 suara) dari 24 calon. Saya sempat menyesal, mengapa sayalah yang terpilih.
Selama bekerja di MRP, saya memutuskan bahwa sehabis masa jabatan saya harus pulang kampung, sebab saya harus menuntaskan cita-cita saya untuk betenak babi. Saya pun tidak mau mencalonkan diri sebagai anggota MRP untuk periode selanjutnya.
Tetapi dua tahun mendekati akhir masa jabatan, tahun 2015, saya merasa terpanggil untuk mencalonkan diri sebagai Bupati Dogiyai periode tahun 2017-2022.
Dua tahun berikutnya saya merasa dukungan dari berbagai pihak untuk menjadi Bupati Kabupaten Dogiyai, semakin berdatangan (dan dukungan itu sungguh-sungguh secara sukarela tanpa saya minta atau paksakan). Selain dukungan dari masyarakat dan sejumlah elit politik, agar bisa menjadi calon Bupati Kabupaten Dogiyai saya didukung oleh partai PDI Perjuangan, PKB, dan GERINDRA. Dan saya pun menyambut dukungan itu dengan keyakinan “saya harus menjadi Bupati Kabupaten Dogiyai.” Dan setelah melalui proses yang panjang sesuai dengan jadwal dan tahapan yang ditetapkan oleh KPU Kabupaten Dogiyai, akhinya tanggal 15 Februari 2017, 46.034 warga masyarakat memilih saya menjadi Bupati Kabupaten Dogiyai periode tahun 2017-2022. Kemenangan ini (saya menyebutnya “kemenangan rakyat”) kemudian dipertegas dengan Putusan Mahkamah Konstitusi dan Keputusan KPU Kabupaten Dogiyai yang intinya mengakui “kemenangan rakyat” dan menetapkan saya sebagai Bupati Kabupaten Dogiyai periode tahun 2017-2022.
Akhinya, saya sadar dan percaya bahwa, “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa” (Yeremia 1:5); dan “TUHAN melakukan apa yang dikehendaki-Nya, di langit dan di bumi, di laut dan di segenap samudera raya” (Mazmur 135:6). Sesungguhnya TUHAN telah menentukan dan menetapkan perjalanan hidup setiap orang sebelum diciptakan dan sejak masih dalam kandungan ibu. Kita boleh bercita-cita apapun sejak kecil, tetapi TUHAN telah menentukan jalan hidup kita. Kita boleh melawan kehendak TUHAN, tetapi kita tidak dapat mengalahkan-Nya.
Penulis: Yakobus Dumupa, Bupati Dogiyai Priode 2017-2022