Dibuka Asisten I, Dinas Ketapang Dogiyai Gelar Pelatihan Teknis Budidaya Tanaman
HUMAS PEMDA DOGIYAI _:_ Asisten I Sekretariat Daerah Kabupaten Dogiyai, Nason Pigai, S.IP mewakili bupati Dogiyai, Yudas Tebai, S.Pd, M.Si membuka Pelatihan atau Kursus Singkat bagi Kelompok Swakelola Program Pengelolaan Sumber Daya Ekonomi untuk Kedaulatan dan Kemandirian Pangan yang dilaksanakan oleh Dinas Ketahanan Pangan (Ketapang) Kabupaten Dogiyai, Provinsi Papua Tengah. Kegiatan pelatihan yang pesertanya melibatkan perwakilan dari 10 distrik di Kabupaten Dogiyai itu bertujuan untuk membekali peserta dengan hal-hal praktis yang dapat diterapkan dalam berkebun dan bercocok tanam sebagai aktivitas sehari-hari, dengan sasaran akhir pengembangan ekonomi keluarga.
"Pelaksanaan kegiatan ini sejalan dengan visi misi bupati dan wakil bupati Dogiyai di bidang pemberdayaan ekonomi masyarakat Kabupaten Dogiyai. Oleh karena itu, kami pemerintah Kabupaten Dogiyai turut memberikan apresiasi dan dukungan kepada Dinas Ketahanan Pangan dan OPD lainnya di lingkungan pemerintah Kabupaten Dogiyai yang melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat di berbagai bidang. Terima kasih juga kepada bapak-ibu peserta dari 10 distrik di kabupaten Dogiyai yang datang megikuti pelatihan," kata Asisten I Setda Dogiyai, Nason Pigai, S.IP dalam sambutannya saat membuka kegiatan pelatihan yang berberlangsung di Aula Kingmi Digikotu, Mowanemani, Kamis (13/11).
Kali ini Pigai menyampaikan sambutan dalam bahasa Mee. Hal itu, katanya, terkait dengan peserta pelatihan semuanya tinggal di kampung-kampung sehingga merasa kurang tepat kalau disampaikan dalam bahasa Indonesia. Menurut dia, saaat ini kita masih berpikir dan melihat ada kebun, ada tenak dan ada kehidupan rohani. Hal itu ada karena peserta pelatihan yang umumnya orang tua ini masih ada dan masih beraktivitas di kebun, betenak dan aktif di kegiatan-kegiatan gerejanya masing-masing.
"Kita tidak tahu kehidupan setelah generasi bapak ibu sudah tidak ada dan digantikan dengan generasi anak-anak kita. Oleh karena itu, Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Dogiyai mengundang bapak ibu untuk mau membagikan ilmu dan pemikiran agar dengan metode baru yang diajarkan itu bapak ibu bisa tetap dan terus berkebun, betenak sebagai petani yang tinggal di kampung-kampung," katanya.
Nason Pigai yang juga Pemerhati Budaya Suku Mee itu bercerita, bahwa suatu masa dalam kehidupan orang Mee jaman dulu penah terjadi musim kelaparan. Terkait dengan musim lapar itu, lanjutnya, leluhur orang Mee jaman itu meninggalkan pesan kepada generasi berikutnya sampai saat ini untuk tetap mempertahankan ketersediaan cadangan bahan makanan. Demi tersedianya cadangan bahan makana, maka harus berkebun dan betenak.
Dalam bahasa Mee Nason mengatakan, "Meeibo kaa wegata manaa ko, imaagiya igapuuwaa ko waato make yamokatokeega, epaagiya igapuuwaa ko yamaato make wookatokaita." Artinya, ada pepatah dari leluhur orang Mee tentang musibah kelaparan yang penah terjadi pada jaman dulu. Dalam pepatah, mereka bilang, saat itu musibah kelaparan datang dari arah timur menuju ke barat. Saat itu, mereka mengalami musibah kelaparan karena tanaman mereka di kebun hanya daun yang banyak, sedangkan isinya tidak ada, hanya urat-urat pada akar tanaman di kebun mereka. Kata pepatah selanjutnya, akan ada pula musim kelaparan yang lebih besar yang akan datang dari arah barat, di mana dalam musibah kelaparan mendatang itu hanya akar saja yang banyak pada tanaman di kebun, isinya tidak ada.
"Jadi kita tidak tahu apakah musim kelaparan itu benar-benar akan terjadi atau tidak, tetapi kita perlu waspada. Ataukah musim kelaparan dari arah barat itu mungkin seperti yang kita alami saat ini, di mana lebih banyak orang Mee tidak beraktivitas di kebun dan hanya mengadalkan bahan makanan seperti beras dan bahan makanan lainnya yang diimpor dari arah barat (luar Papua). Orang Bunani juga biasa bilang, bahwa suatau saat semua bahan makanan yang didatangkan dari luar akan hilang dan yang ada hanya makanan lokal yang sudah ada dalam kehidupan orang Mee. Karena itu, kita perlu mempertahankannnya dengan membudidayakan di kebun. Hal ini juga perlu kita waspadai untuk tetap ada cadangan bahan makanan di kebun," kata Nason.
Ketahanan pangan, katanya, berbiacara tentang oodaa-owaadaa, sebuah ajaran falsafah hidup orang Mee untuk hidup kuat, kenyang dan tenang (bida, mobu, yikoo). Untuk bisa mencapai itu, lanjutnya, perlu ada orang yang tetap bekerja di kebun dan betenak sebagai kegiatan sehari-harinya. Hal ini penting supaya cadangan bahan makanan selalu tersedia, sehingga dalam keadaan yang kenyang, kuat dan tenang manusia bisa beraktivitas lain dalam kehidupan ini.
"Ooda owaadaa itu sumber kehidupan orang Mee. Berkebun, betenak dan piara ikan di kolam dan hal lain yang sifatnya menghasilkan makanan itu adalah bagian dari ajaran oodaa-owaadaa. Jadi kita jangan anggap remeh dan rendah terhadap semua bahan makanan yang ada, kita harus menghargainya dengan berkebun dan betenak. Bidang pertanian, perkebunan, perikanan dan ketahanan pangan itu dasar dari kehidupan kita. Kita tidak bisa hidup tanpa memakan makanan. Oleh karena itu, dalam pelatihan ini akan diajarkan materi tentang cara budidaya berbagai jenis tanaman. Jadi kami berharap agar bapak-bapak dan ibu-ibu dapat mengikuti ini dengan baik-baik agar hasilnya bisa praktek di lapangan dengan hasil panen yang lebih baik dari sebelumnya," kata penulis buku berjudul "Kibarkan Sang Bendera Makanan" itu mengakhiri sambutannya.
Kepala Bidang Pendistribusian dan Cadangan Pangan Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Dogiyai, Anamike Iyai, S.P mengatakan, Pelatihan/Kursus Singkat bagi Kelompok Swakelola ini secara khusus ditujukan bagi kelompok swakelola program pengelolaan sumber daya ekonomi untuk kedaulatan dan kemandirian pangan Kabuaten Dogiyai.
"Tujuan utama pelatihan ini adalah untuk membekali setiap petani yang hadir dengan wawasan praktis yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan sasaran akhir pengembangan ekonomi keluarga. Kegiatan ini melibatkan perwakilan dari 10 distrik yang tersebar di seluruh Kabupaten Dogiyai," jelasnya.
Menurut dia, pelatihan ini mencakup empat materi pokok yang disampaikan untuk mendorong produksi dan aplikasi pupuk organik oleh para peserta pelatihan. Tujuannya untuk mengurangi ketergantungan pada pupuk anorganik. Sementara empat materi pelatihan dan pematerinya antara lain, 1) Budidaya penanaman sayur kol yang disampaikan oleh Ibu Marselina Tekege. 2) Budidaya penanaman cabai yang disampaikan oleh Bapak Edison Pigai. 3) Budidaya penanaman sayuran sawi disampaikan oleh Ibu Karolina Boma. 4) Cara pembuatan pupuk padat dan cair (organik) yang disampaikan oleh Bapak Andrianto Pigai.
"Tujuan yang ingin dicapai adalah agar peserta mampu memproduksi dan membuat sendiri pupuk organik baik yang pupuk padat maupun pupuk cair) untuk selanjutnya diaplikasikan pada tanaman yang mereka budidayakan," katanya. (Marsel Dou/Yohanes You/Yanuarius Iyai)








