Rabies Meningkat Ketahui Gejala dan Penanganannya, Segera ke Faskes jika Digigit Anjing

blog image

Dogiyai - Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) hingga April 2023 sudah ada 31.113 kasus gigitan hewan penular rabies, 23.211 kasus gigitan yang sudah mendapatkan vaksin anti-rabies dan 11 kasus kematian yang disebabkan oleh rabies, dimana 95% kasus rabies tersebut disebabkan oleh gigitan anjing yang terinfeksi. Saat ini ada 26 provinsi yang menjadi endemis rabies dan hanya 11 provinsi yang bebas rabies, yaitu Kepulauan Riau, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Papua Barat, Papua, Papua Selatan, Papua Tengah dan Papua Pegunungan.

Rabies merupakan salah satu penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang menular dari hewan ke manusia. Infeksi ini ditularkan oleh hewan yang terinfeksi penyakit rabies. Hewan utama sebagai penyebab penyebaran rabies adalah anjing, kelelawar, kucing dan kera. Di Indonesia rabies atau yang dikenal dengan "penyakit anjing gila" masih menjadi salah satu masalah yang mengancam kesehatan masyarakat.

Rabies adalah penyakit menular akut, menyerang susunan saraf pusat yang disebabkan oleh Lyssavirus. Virus rabies bisa menular melalui air liur, gigitan atau cakaran dan jilatan pada kulit yang luka oleh hewan yang terinfeksi rabies. Hewan yang berisiko tinggi tinggi untuk menularkan rabies umumnya adalah hewan liar atau hewan peliharaan yang tidak mendapatkan vaksin rabies.

Masa inkubasi virus rabies berkisar antara 4 - 12 minggu, setelah masa inkubasi orang yang tertular virus rabies akan mengalami gejala mirip flu, demam, otot melemah, kesemutan atau merasa terbakar di area gigitan, sakit atau nyeri kepala, mual dan muntah, merasa gelisah, bingung atau terancam tanpa ada penyebab, hiperaktif, halusinasi, insomnia atau gangguan tidur, kesulitan menelan ketika makan atau minum serta produksi air liur berlebih. Gejala rabies pada manusia berkembang secara bertahap dimulai dengan gejala awal yang mirip flu lalu berkembang menjadi gangguan neurologis yang parah. Meski bisa berakibat fatal, pasien tetap berpeluang sembuh jika segera diobati setelah terpapar virus rabies.

Sementara gejala hewan yang terkena rabies dapat dicirikan dengan karakter hewan menjadi ganas dan tidak patuh pada pemiliknya, tidak mampu menelan, lumpuh, mulut terbuka dan air liur keluar secara berlebihan, kemudian bersembunyi di tempat gelap dan sejuk, ekor dilengkungkan ke bawah perut di antara kedua paha, kejang-kejang dan dapat diikuti oleh kematian. Pada rabies asimtomatik hewan tidak memperlihatkan gejala sakit, namun tiba-tiba mati.

Seseorang yang digigit hewan penular rabies seperti anjing, penanganan luka yang dilakukan segera dapat efektif mencegah timbulnya gejala dan kematian, maka langkah pertolongan pertamanya antara lain:

  1. Segera cuci luka gigitan dengan sabun/detergen pada air mengalir selama 15 menit, kemudian beri antiseptik.
  2. Bawa ke puskesmas atau rumah sakit untuk dilakukan kembali pencucian luka dan mendapatkan vaksin anti-rabies (VAR) dan serum anti-rabies (SAR) sesuai dengan indikasinya.

Penting untuk melakukan pencegahan terjadinya infeksi penyakit rabies. Tindakan pencegahan terinfeksi virus rabies adalah dengan mengurangi faktor-faktor risiko dengan beberapa cara:

  1. Melakukan vaksinasi rabies pada hewan peliharaan.
  2. Mendapatkan vaksin rabies untuk diri sendiri.
  3. Menjaga kontak dari hewan yang berpotensi memiliki virus rabies.
  4. Menjaga hewan peliharaan agar tidak berinteraksi dengan hewan liar atau asing.
  5. Melaporkan ke petugas kesehatan apabila menemui seseorang atau hewan yang mempunyai gejala rabies.
  6. Cegah hewan-hewan lain yang berpotensi menyebarkan rabies masuk ke dalam rumah.

Perlu melibatkan komunitas pencinta hewan terutama pecinta anjing untuk bisa berperan dalam gerakan massal serentak untuk melakukan penyisiran terhadap hewan-hewan terutama anjing yang berpotensi menjadi rabies, baik di tingkat nasional maupun daerah. (Adm.)